Materi


PSIKOPATOLOGI

Psikopatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala dari gangguan jiwa. Ada dua hal yang akan dipelajari, yaitu :
         1.     Jenis-jenis gejala gangguan jiwa
         2.    Proses terjadinya gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu jenis gangguan yang memperlihatkan gejala klinik yang ermakna yang bisa merupakan sindrom psikologik/ perilaku yang menimbulkan penderitaan pada orang yang bersangkutan dan meyebabka orang tersebut mengalami gangguan fungsi dalam bidang bio, psiko, sosio, dan kulturalnya. “Adanya gejala klinik yang bermakna, gangguan fungsi dan penderitaan”
Kelompok gangguan jiwa dalam kelompok besar :
         1.     Gangguan pikiran
         2.    Gangguan emosi/ perasaan
         3.    Gangguan presepsi
         4.    Gangguan motorik
         5.    Gangguan motorik
         6.    Gangguan bicara
         7.    Gangguan ingatan
         8.    Gangguan kesadaraan

1.     Gangguan Pikiran
   Yang terganggu adalah pikirannya dan arus pikiran dan isi pikiran, terdiri   dari :
a)  Arus pikiran :
þ  Pikiran melompat/ flying of idea
Arus pikiran dimna pikirannya cepat beralih dari 1 topik ketopik yang lainnya. Orang dengan tipe ini banyak berbicara, banyak gagasan dan rencana yang kelihatannya sangat cemerlang,tetapi tidak realistis disebut dengan penderita manik. Manik, masih bisa dimengerti arah bicaranya.
þ  Pikiran melambat/                  
Arus fikiran dimana fikirannya menjadi lambat, Bicara lambat, biasanya pasien ini kalau di tanya agak lama untuk menjawab, bila di tanya harus dilang 2 – 3 kali. Banyak pada pasien depresi berat, seperti orang yang kurang  konsentrasi.
þ  Pikiran terhalang/ thought blocking  
Arus pikiran pasien yang tiba-tiba terhenti. Pada pasien ini bila di ajak berbicara tiba tiba diam kemudian melanjutkan pembicaraan tetapi tidak nyambung dengan pembicaraan awal.
þ  Perseverasi
Jika ditanya, memberikan jawaban yang berulang-ulag terhadap pertanyaan yang dahulu.
þ  Verbigerasi
Hampir sama dengan perseverasi, Mengulang kata yang sama, etapi bedanya tidak ada hubungannya dengan yang ditanyakan.
þ  Inkoherensi
Gangguan arus pikran diamana tidak ada asosiasi kata kata. (makna kata kata hilang atau tidak nyambung).
b) Isi Pikiran :
þ  Obsesi
Suatu ide endesk ke dalam lapangan pemikiran, yang berulang-ulang dan berada dluar kemauan yang bersangkutan. Obsesi biasanya menimbulkan dorongan untuk melakukan tindakan tertentu (impuls obsesi). Hasil pemikiran yang datang berulag dan menimbulkan kecemasan disebut kompulsi. Ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa:
ü  Menginginkan kesempurnaan
ü  Sulit menentukan keputusan
þ  Preokupasi
Pikiran dalam waktu yang lama terpusat pada fous/ siuasi tertentu, gangguan isi pikiran ini masih bisa dialihkan.
þ  Waham/ delusi
Merupakan salah 1 gejala yang sengat sering pada gangguan jiwa karena merupakan sau keyakinan yang salah tetapi dianggap/ dipercaya sebagai suau kebenaran daei yang bersangkutan dan tidak bisa digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang yang bersangkutan.
Jenis-jenis waham :
1)  Waham curiga :
L  Waham kejaran
Yang bersangkutan merasa ada orang yang bermaksud jahat kepadanya. Contohnya: merasa diguna-guna, merasa disantet, merasa ingin dibunu tetapi tanpa memiliki dasar yang realistis terhadap kepercayaannya.
L  Waham cemburu
Tanpa alasan yang jelas, dia menuduh bahwa pasangannya itu tidak setia/selingkuh.
L  Waham dituduh
Dia merasa orang-orang menuduh dan memfitnah dia, padahal tidak ada bukti.
2) Waham kebesaran
Yang bersangkutan merasa dirinya menjadi sesuatu tertentu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
3) Waham cinta
Dia merasa bahwa dia dicintai oleh orang tertentu tetapi sebetulnya tidak ada sangkut pautnya oleh orang tersebut, biasanya pada kalangan-kalangan yang penting seperti : artis, orang populer, dll.
4) Waham nihilistik
Dia merasa dirinya sudah tidak bereksistensi lagi.
5) Waham dikendalikan
Dia merasa segala pikirannya dikendalikan oleh kekuatan luar.
6) Waham dosa/ bersalah
Dia merasa memiliki dosa yang sangat besar dan tidak bisa diampuni.
7) Thought Insertion
Dia merasa ada pikirannya yang ditarik oleh kekuatan luar dimasukkan kedalam otaknya.
8) Thought Drawl
Dia merasa ada pikirannya disiarkan, sehingga orang tau apa yang ada didalam pikirannya.
9) Broadcasting
Dia merasa Fikirannya di publikasikan/disiarkan sehingga orang mengetahui isi fikirannya.

2.     Gangguan persepsi
a)  Ilusi
Suatu persepsi yang salah terhadap suatu stimulus yang ada, contohnya : dia melihat wajah yang menyeramkan.
b) Halusinasi
Suatu keadaan dimana ada persepsi tanpa stimulus. Ada beberapa jenis halusinasi :
Ä  Halusinasi pendengaran (merasa mendengar sesuatu yang tidak ada)
Ä  Halusinasi penglihatan (melihat sesuatu yang tidak ada)
Ä  Halusinasi penciuman (mencium sesuatu yang tidak ada)
Ä  Halusinasi taktil (merasa ada yag menjalar ditubuhnya padahal tidak ada)
Ä  Halusinasi somatik (terjadi didalam tubuhnya).

   3. Gangguan Kesadaran
a)  Clouding of conseiusnous
Gangguan kesadaran dimana ambang kesadaran meningkat sehingga stimulus yang tadinya menimbulkan persepsi yang baik sekarang ini tidak dapat menimbulkan persepsi. Namun, jika rangsang diberikan berulang-ulang dan cukup maka yang bersangkutan dapat menangkap juga.
b) Dreamy state
Seperti keadaan bermimpi dimana terjadi penurunan kesadaran yang sebenarnya cukup ringan, tetapi disertai dengan disorientasi dan halusinasi. Gangguan kesadaran ini dapat berlangsung beberapa menit, hari, bahkan bulan. Orang-orang dengan dreamy state dapat berkelana ketempat yang jauh tanpa menyadarinya.
c)  Confusional state
Suatu gangguan kesadaran yang ciri utamanya adalah disorientasi disertai oleh kebingungan dan gangguan arus pikir.
d)  Delirium
Biasa terjadi pada penyakit infeksi dengan demam tinggi gangguan kesadaran yang gejala utamanya adalah kegelisahan motorik disertai oleh disorientasi, gangguan arus pikir, ilusi, dan halusinasi. Yang biasa ditimbulkan adalah halusinasi penglihatan.
e)  Samnolen
Gangguan kesehatan dimana terjadi gangguan kesadaran sampai seperti orang tertidur. Tetapi, masih bisa memberikan respon bila diberikan ragsang yang cukup kuat.
f)  Sopor
Gangguan kesadaran dimana terjadi gangguan kesehatn yang berat tetapi masih dapat memberi respon bila diberikan rangsang nyeri.
g)  Koma
Penurunan kesadaran yang paling berat dimana rangsangan apapun tidak akan menimbulkan respon.

4.     Gangguan Perhatian
a)    Distraktibilitas
Gangguan perhatian dimana yang bersangkutan tidak mampu mempertahankan perhatian.
b)   Inattantion
Gangguan yang bersangkutan tidak mampu mempertahankan perhatian.

5.     Gangguan Orientasi
a)    Disorientasi waktu
Gangguan yang bersangkutan tidak mampu menjelaskan waktu.
b)   Disorientasi personal/ orang
Gangguan yang bersangkutan tidak dapat mengenali seseorang.
c)    Disorientasi tempat
Gangguan yang bersangkutan tdak dapat menjelaskan tempat.

6.     Gangguan Ingatan
a)    Amnesia (secara singkat dapat disebut hilang ingatan) :
1)    Amnesia Psikogenik (yang disebabkan oleh konfilk batin) :
©         Katathymic
Amnesia yang disebabkan oleh kompleks yang hendak ditekan oleh yang bersangkutan kedalam alam bawah sadar (bersifat parsial).
©      Hysterical
Amnesia yang timbul oleh rasa takut yang luar biasa/ rasa malu (bersifat total).
2)   Amnesia Organik :
©      Retrograde Amnesia
Amnesia yang bersangkutan lupa akan hal-hal yang terjadi sebelum terjadi peristiwa itu.
©      Antregrade Amnesia
Amnesia dimana yang bersangkutan lupa hal-hal yang terjadi sesudah terjadinya kecelakaan.
b)   Dymnesia (secara singkat dapat disebut menyimpan ingatan) :
©      Konfabulasi
Suatu penyimpanan ingatan dimana kekosongan ingatan pada yang bersangkutan diisi oleh ingatan yang baru yang dikarang oleh yang bersangkutan yang tidak benar.
©      Deja Vu
Suau penyimpanan ingatan seolah-olah dia salah pernah berada disuatu tempat itu padahal sebearnya belum pernah.

   7. Gangguan Emosi
a)    Afek
Adalah ekspresi eksternal di emosi yang terlihat di wajah kita. Afek terdiri dari beberapa macam, antara lain :
ü Afek Tumpul : Adalah afek dimana ekspresi afektifnya terbatas.
ü Afek Datar : Adalah afek dimana tidak ada ekspresi afektifnya.
ü Afek Inappropriate Afek/ afek tidak serasi : Adalah gangguan afek dimana ekspresinya berbeda dengan ide-idenya.
b)   Mood
Adalah kondisi internal dari emosi kita. Mood terdiri dari beberapa macam antara lain
ü Eufhoria : Kondisi mood yang berisi kegembiraan atau kebahagiaan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
ü Depresi : Kondisi mood yang sedih, tertekan , tidak bersemangat dan bersifat patologik.

   8. Gangguan Bicara
1.     Gagap
Adalah gangguan bicara dimana bicaranya terputus-putus oleh pengulaan kata-kata biasanya orang itu ingin menyampaikan begitu banyak ide-ide dalam waktu yang sangat terbatas sehingga pembicaraannya terputus.
2.    Mutisma
Adalah gangguan bicara dimana orang itu membisu salah satu contonya : adalah mutisma selektif, dia hanya mau bicara pada orang lainnya.
3.    Neologisma
Adalah satu gangguan dimana yang bersangkutan menciptakan kata-kata sehingga tidak ada pengertian.
4.        Word Salad
Adalah terjadi pencapur aduka kata-kata sehingga tidak ada pengertian.

9.     Gangguan Motorik
Ø  Retardasi Motorik
Adalah suatu gangguan motorik dimana adanya penurunan gerak motorik dan gerakan menjadi lambat.
Ø  Stupor Katatonik
Adalah suatu gangguan yang terjadi penurunan gerak motorik yang sangat hebat dan dapat menyebakan orang yang bersangkutan tidak bisa bergerak sama sekali.
Ø  Agitasi Psikomotorik
Adalah suatu gagguan dimana yang terjadi penigkatan aktifitas motorik yang sangat hebat yag berada di luar kesadaran yang bersangkutan dan menimbulkan kegaduhan.
Ø  Katalepsia
Adalah gangguan motorik dimana yang bersangkutan mempertahankan posisi tubuh tertentu secara kaku dan tidak bisa dirubah.
Ø  Flexibilitas Cerea
Adalah suatu ganggu mempertahankan posisi tubuh tertentu tetapi digerakan/ dibuat oleh orang lain.
Ø  Stereotipi
Adalah gangguan motorik dimana terjadi gerakan motorik yang berulang-ulang dan tidak bertujuan.

SKIZOFRENIA
Skizofrenia adalah satu gangguan jiwa berat yang ditandai oleh gangguan proses fikir, gangguan persepsi, gangguan emosi dan gangguan prilaku.Untuk menentukan apakah seseorang tersebut menderita skizofrenia ada kriteria dianostik yang harus dipenuhi:
1.      Harus ada sedikitnya gejala berikut ini yang amat jelas,biasanya 2 gejala bila gejala tersebut kurang jelas
I.     a. Though instation
 b. Though broud kesting
 c. Though echo (menggema)
 d. Though with drowl
II.a. Waham dikendalikan : Yaitu waham yang dikendalikan kekuatan lain.
b. Waham dipengaruhi : Yaitu waham yang dipengaruhi kekuatan lain.
c. Waham pasif : Yaitu merasa dirinya tidak berdaya terhadap kekuatan
   luar.
III. Halusinasi Pendengaran
Bisa berupa suara yang memberi komentar secara terus menerus tentang perilaku pasien atau suara yang mendiskusikan atau membicarakan perilaku pasien.
IV. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar atau mustahil ,misalnya: mampu mengendalikan cuaca.
2.        Paling sedikit 2 gejala dbawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
i.      Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apa bila disertai, baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, baik oleh waham yang mengambang  maupun yang setengah berbentuk kandungan afektif yang jelas.
ii. Arus fikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat  inkoherensi yang kita bicarakan atau pembicaraan yang tidak relefan atau Neologisme.
iii.   Perilaku Katatonik
Seperti keadaan gadduh geisah, posisi tubuh tertentu atau Aksibilitas cerea.
iv.    Gejala-gejala negatif
Seperti sikap sangat apatis, bicara jarang, dan respon emosional yang munupul yang tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh obat sikotropic.
3.   Adanya gejala-gejala has tersebut diatas,telah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau lebih.
4.  Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek prilaku pribadi,bermanifestasi sebagai hilangnya minat hidup tak bertujuan, tidak bertujuan, tidak terbuat sesuatu koma, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.

MACAM-MACAM SKIZOFRENIA
1.         PARANOID (ISI FIKIRAN)
Kriteria untuk skizofrenia Paranoid :
Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia dan sebagai tambahan adanya halusinasi dan atau tanpa waham yang menonjol, halusinasi tersebut berupa suara-suara yang mengancam psien atau memberi perintah atau suara tanpa bentuk misalnya bunyi peluit atau bunyi tertawa. Bisa juga halusinasi itu pembauan atau pengecapan, bersifat seksual. Waham dapat berupa waham apa saja,tetapi yang paling khas ialah waham dikendalikan, waham dipengaruhi, waham pasif atau waham kejaran, gangguan afektif, dorongan kehendak serta gejala katatonik tdak menonjol.
2.        SKIZOFRENIA HEBFRENIK (menonjol arus fikiran berbicara)
Kriteria skzofrenia hebfrenik sebagai berikut :
1.     Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia untuk pertama kali hanya ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda(15-25 thn awal mula)
2.    Kepribadian premordit: menunjukan diri pemalu dan senang menyendiri
3. Untuk mendiagnosis hebrfrenik: yang meyakinkan umunya diperlukan pengamatan continue selama 2-3 bulan untuk memastikan bahwa gambaran yang har berikut ini benar-benar bertahan :
a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,ada kecendrungan untuk selalu menyendiri dan pilaku menunjukan tidak adanya tujuan dan hampa perasaannya.
b.  Afek pasien itu dangkal dan tidak wajar  atau tidak serasi,sering disertai oleh cekikikan atau perasaanpuas diri, senyum sendiri, tertawa menyeringai dan kata-kata yang diulang-ulang.
c.  Peroses fikiran mengalami disorganisasipembicaraan tidak menentu dah inkoheren.
4.    Gangguan Afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses fikir: Umumnya menonjol halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol, dorongan kehendak yang bertujuan ditinggalkan, sehingga prilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu prilaku tanpa tujuan. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya semakinmempersukar orang memahami jalan fikiran pasien.
3.        SKIZOFRENIA KATATONIK (yang menonjol gerakannya)
Kriteria diagnosa skizofrenia katatonik yaitu :
1.     Memenuhi kriteria umum skizofrenia katatonik umum
2. Satu atau lebih dari prilaku berikut harus mendominasi gambaran klinisnya :
a. Stupor (amat berkurangnya respon/reaksi terhadap lingkungan dn amat berkurangnya gerkan atau aktifitas)
b. Gaduh gelisa (tampak peningkatan aktifitas motorik yang tidak bertujuan,yang tidak dipengaruhu stimulus external)
c.    Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara suka rela mengambil dan mempertahankan p0sisi tubuh tertentu yang aneh)
d.   Negatifisme (tampak jelas perlawanan yang tdk bermotif terhadap semua perintah/upaya untuk menggerakan kearah yang berlawanan)
e.  Trigiditas (Mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakan dirinya)
f. Fleksibilitas serea (Mempertahankan anggota gerak dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar)
g.    Gejala-gejala lainya seperti : kepatuhan secara  otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata atau kalimat. 
4.     TAK TERINCI
1.     Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau katatonik.
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual/depresi pasca skizofrenia.
5.         DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA
Kriteria diagnostiknya ialah:
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
1.   Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir.
2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya.
3. Gejala-gejala depresi menonjol dan memenuhi kriteria episode depresif dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
6.        DEPRESI RESIDUAL
Kriteria diagnostiknya
Harus memenuhi:
1.   Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, misalnya:
a.   perlambatan psikomotorik
b.  aktivitas menurun
c.   aspek yang menumpul
d.  sikap pasif dan ketiadaan inisiatif
e.  kemiskinan dalam kuantitas/isi pembicaraan
f. komunikasi non verbal yang buruk misalnya: ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
2.  Sedikitnya ada riwayat 1 episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia.
3. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti, waham dan halusinasi telah sangat berkurangdan telah timbul syndrome negative dari skizofrenia.
4.Tidak terdapat dimensia atau gangguan otak organik lain atau depresi kronis yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
7.        SIMPLEKS
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit di buat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa di dahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan skizofrenia lainnya.

SKIZOAFEKTIF
Adalah terdapatnya atau adanya skizofrenia dan gejala gangguan afektif sama-sama menonjol pada saatnya bersamaan atau dalam beberapa hari dalam satu yang sesatu lain. Tetapi masih dala satu episode penykit yang sama.
Diagnostik ini tidak ditegakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berdeda.

1.   GANGGUAN WAHAM
Kriteria diagnostik:
1. Waham merupakan satu-satunya ciri yang khas atau gejala yang paling mencolok, waham tersebut harus sudahh ada sedikitnya 3 bulan lamanya.
2. Gejala-gejala depresif mungkioin saja terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham tersebut menetap pada saat tidak terdapat gangguan afektif ini.
3.  Tidak boleh ada bukti tentang adanya penyakit otak
4. Tidak ada halusinasi pendengaran atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat sementara.

2.  GANGGUAN PSIKOTIK AKUT dan SEMENTARA
Kriteria diagnostik:
1.Konsep yang akut dimana dalam waktu 2 minggu atau kurang,gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan menganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
2.Adanya gejala-gejala yang khas yaitu beraneka ragam dan berubah dengan cepat
3. Bisa didahului oleh penyebab tertentu tetapi bisa juga tanpa penyebab tertentu.

3.  GANGGUAN MOOD /SUASANA HATI
Kelainana fundamental dari kelompok ini ialah perubahan suasana hati biasanya kearah depresi atau kearah relasi.
1.  Mania tanpa gejal psikotik
Kriteriadiagnostik:
þ  Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu dan  cukup berat sehingga mengganggu seluruh atau hampir seluruh pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
þ  Perubahan mood harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga aktivitas berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide kebesaran dan terlalu optimis.
2. Mania dengan gejala psikotik
Kriteria diagnosa:
þ  Ide-ide kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran dan kecurigaan berkembang menjadi waham kejaran.
3.  Episode depresi
þ  Gejala utama  pada episode depresi ialah: mood yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, kekuraga energi yang menyebabkan rasa mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
þ  Gejala lainnya: konsentrasi berkurang, kepercayaan diri berkurang, rasa bersalah dan rasa tidak berguna, pandanagn masa depan yang suram dan pesimis, pikiran-pikiran untuk membahayakan diri atau bunuh diri, tidur kebanyaka atau sedikit, nafsu makan bisa berkurang atau sebliknya bisa meningkat.
J Episode depresi ringan
Kriteria diagnosa:
ü  Sekurang-kurangnya harus ada dari gejala utama seperti diatas
ü  Ditambah sekurang-kurangnya 2 gejala lainnya
ü  Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
ü  Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
J Episode depresi sedang
Kriteia diagnostik:
ü  Sekurang-kurangnya harus ada 2 gejala utama
ü  Ditambah sekurang-kurangnya 3/4 dari gejala lainnya
ü  Berlangsung paling sedikit 2 minggu
ü  Menghadapi kesulitan nyata untuk melakukan pekerjaan, kegiatan sosial dan rumah tangga.
J Episode depresi berat
v Tanpa gejala psikotik
Kriteria diagnostik:
þ  Harus ada 3 gejala utama depresi
þ  Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya
þ  Paling sedikit berlangsung 2 minggu, akan tetapi jika gejala sangat berat diagnosa dapat ditegakan walaupun gejala kurang dari 2 minggu.
þ  Pasien sama seklai tidak mampu menjjalankan pekerjaan, kegiatan sosial dan urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
v Terdapat gejala psikotik
Kriteria diagnostik:
þ  Ditambah dengan waham, halusinasi dan stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, halusinasi pendengaran biasanya terdenagr seperti suara menghina.

4.        GANGGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
  Gangguan ini pada waktu tertentu bisa terjadi peningkatan afek disertai penambhan energi dan aktivitas sementara pada waktu lain terjadi penurunan afek disertai pengurangan energi dan akivitas, biasanya didahului oleh episode manik yang berlangsung antara 2 minggu sampai 5 bulan kemudian berganti dengan episode depresi yang berlangsung sekitar 6 bulan. Diantar 2 episode manik dan depresi biasanya ada penyembuhan sempurna.
Gangguan afektif bipolar hipomanik
Kriteria diagnosa:
þ  Memenuhi kriteria hipomania
þ  Pada masa lalu ada sekurang-kurangnya satu episode manik aatu depresi
Gangguan ini ada gejala psikotik dan tanpa gejala psikotik .
Gangguan afektif bipolar dengan gejala berat tanpa gejala psikotik, kriteria diagnosanya ialah:
þ  Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
þ Harus ada sekurang-kurangnya satu episode hipomanik atau maik di masa lalu.

PSIKOTROPIK
Psikotropik ialah obat yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku.
Ada 4 kelompok dasar :
B  Anti Psikosis
B  Antidepresin
B  Antimania
B  Anti cemas
1.      Anti Psikosis
Anti psikosis dibagi menjadi 2 :
ü Tipikal
©    Fenotiazin: Chlorpromazin
Efek farmakologi Chlorpromazin, meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin. Chlorpromazin banyak digunakan dalam sehari-hari. Pada susunan saraf pusat Chlorpromazin menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Berbeda dengan barbiturat, Chlorpromazin tidak dapat mencegah timbulnya kompulsi akibat rangsang listrik, maupun rangsang oleh obat.
Semua delifat senitiasin memperngaruhi ganglia basa sehingga menimbulkan gejala parkinson. Chlorpromazin dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan rangsangan pada Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ). Pada dosis berlebihan, semua deliratsenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstra piramidal, yang terutama terlihat ialah akatisia dan parkinson. Sedangkan sindrom Neuroleptik Malignan jarang terjadi.
Gejala yang bisa timbul setelah pengobatan berbulan-bulan atau bertahun-tahun adalah tremor (tangan gemetar). Chlorpromazin mempunyai efek samping terhadap sistem reproduksi pada wanita dapat terjadi aminore (tidak haid), galaktore, peningkatan libido, sedangkan pada laki-laki bisa terjadi penurunan libido dan ginekomasti.
Pada sistem kardiovaskuler, Chlorpromazin dapat menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi. Efek ini diperkirakan karena efek otonom dari Chlorpromazin.
Kebanyakan antipsikosis diabsorbsi sempurna, sebagian di antaranya mengalami metabolisme. Chlorpromazin tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 25mg dan 100mg. Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik dengan dosis 25mg dalam 1ml larutan. Indikasi utamanya untuk pengobatan psikosis
©    Golongan Lain: Haloperidol
Pada susunan saraf pusat, Haloperidol bersifat menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami epsitasi. Efek sedatif Haloperidol kurang kuat dibanding chlorpromazin. Pada saraf otonom, efek Haloperidol lebih lemah di banding anti psikotik lain namun demikian Haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur.
Pada sistem kardiovaskuler Haloperidol juga dapat menyebabkan hipotensi tetapi tidak sehebat obat chlorpromazin. Haloperidollebih sering menimbulkan gejala ekstra piramidal, terutama pada pasien berusia muda. Pengobatan dengan Haloperidol harus dimulai dengan hati-hati.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil. Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 0,5; 1,5; dan 5 mg. Juga tersedia dalam bentuk larutan dengan dosis 1 ml dalam 1 ml dan 5 ml dalam 1 ml. Indikasi utamanya ialah untuk pengobatan psikosis. Gejala ekstrapiramidal ialah jalan seperti robot, mata melotot, berbicara pelo, suka keluar air liur, cadel, gangguan gerak.
ü Atipikal
©    Klozapin
Merupakan antipsikotik atipikal pertama dengan potensi yang kuat. Disebut atipikal karena obat ini hampir tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal. Klozapin efektid untuk mengatasi gejala-gejala psikosis dan skizofrenia. Baik gejala positif maupun gejala negatif. Efek klozapin sudah terlihat dalam waktu 2 minggu diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya.
Obat ini hanya digunakan untuk pengobatan pasien yang resisten terhadap obat lain. Obat ini sangat cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal yang berat oleh pemberian antipsikosis tipikal berlebihan.
Namun karena klozapin dapat menimbulkan agranulositosis kadar segmen leukosit menurun (depresi berat) maka pemakaiannya hanya pada pasien yang resisten terhadap obat lain. Pasien yang di beri klozapin harus dipantau jumlah terkaitnya setiap minggu. Klozapin tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 25mg dan 100mg.
©    Olanzapin
Indikasi utama olanzapin adalah untuk pengobatan skizofrenia dan juga digunakan sebagai anti maniak. Meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak menyebabkan agranulositosis seperti klozapin.
Efek samping yang sering dilaporkan peningkatan berat badan, hiperglikemik, hiperlipidemi. Olanzapin tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 5 dan 10 mg. Juga tersedia dalam larutan untuk suntikan 10 mg.
©    Risperidone
Indikasi risperidone untuk terapi skizofrenia. Baik untuk gejala positif maupun gejala negatif. Disamping itu juga digunakan untuk gangguan bipolar dan depresi berat yang di sertai psikosis. Efek samping yang ditimbulkan somnolen, mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktimin, dan gejala ekstrapiramidal. Umumnya efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding dengan antipsikosis tipikal.
Risperidone tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 1 mg, 2 mg, 3 mg. Juga tersedia dalam bentuk larutan untuk injeksi dengan dosis 50 mg dalam 5 ml.

WA : (Catatan perkuliahan oleh dr. Marbun 14 mei 2011, Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Medistra Indonesi, BEKASI)




WAHAM
Pengertian
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.

Faktor predisposisi
·       Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
·       Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
·       Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
·       Virus paparan virus influensa pada trimester III
·       Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
Faktor Presipitasi
·       Proses pengolahan informasi yang berlebihan
·       Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
·       Adanya gejala pemicu
 
Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :
·       Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas
·       Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
·       Menarik diri
·       Pada keluarga ; mengingkari

Prilaku
·       Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
·       Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
·       Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
·       Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-matainya.
·       Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
·       Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.

Rentang respon perilaku adaptif-maladaptif
Respon adaptif - respon maladaptif
1.     Tanda dan gejala
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
·         Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu).
·         Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
·         Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
·         Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.

2.    Penanganan
·         Psikofarmakologi
·         Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
·         penarikan diri high potensial
·         ECT tipe katatonik
·         Psikoterapi
Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
3.    Asuhan Keperawatan
4.    Pengkajian
·         Aktivitas dan istirahat : Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
·         Higiene : Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
·         Integritas ego : Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
·         Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
·         Keamanan ; Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
·         Interaksi social : Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
.
5.    Etiologi                       
Gangguan konsep diri
Masalah utama : pasien mengalami waham
Penyebab : gangguan konsep diri
Efek : gangguan komunikasi verbal
6.    Intervensi
Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol wahamnya.
Perencanaan
Intervensi
Tujuan Khusus
Kriteria Evaluasi
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat.
  1.  
1.     Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).
2.    Jangan membantah dan mendukung waham klien :
·         Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.
·         Katakan perawat tidak mendukung : “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati.
·         Tidak membicarakan isi waham klien.
  1.  
1.     Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung :
·         Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda.
·         Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
·         Jangan tinggalkan klien sendirian.
  1.  
1.     Observasi apakah waham klien menganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Klien mampu menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya.
  1.  
1.     Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.    Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham).
3.    Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4.    Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
klien mampu menyebutkan semua kebutuhannya sehari-hari.
  1.  
1.     Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2.    Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).
3.    Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4.    Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadual).
5.    Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
Klien dapat berhubungan dengan realistis
Klien dapat menyebutkan cita – cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
  1.  
1.     Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
2.    Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok : orientasi realitas.
3.    Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Klien dapat dukungan keluarga
Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien waham.
  1.  
1.     Diskusikan dengan keluarga tentang :
·         Gejala waham
·         Cara merawatnya
·         Lingkungan keluarga
·         Follow-up dan obat
  1.  
1.     Anjurkan keluarga melaksanakan 5.1. dengan bantuan perawat.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Klien dapat minum obat sesuai dengan resep dokter dan tepat waktu.
  1.  
1.     Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping, akibat penghentian.
2.    Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
3.    Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.


TAK
Tujuan :
1.   Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya waham.
2.  Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya waham

Setting :
1.   Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2.  Ruangan nyaman dan tenang.

Metode :
1.   Diskusi dan tanya jawab.
2.  Bermain peran/ stimulus dan latihan.
1.     SP (Strategi Pendahuluan)
2.    Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
·       Identifikasi semua komponen waham dengan menempatkannya dalam waktu dan urutan
·       Identifikasi pemicu yang mungkin berhubungan dengan stres dan ansietas
·       Apabila waham terkait ansietas ajarkan keterampilan mengatasi ansietas
·       Buat suatu program penatalaksanaan gejala
3.    Kaji instensitas, frekuensi dan lama waham
·       Bantu pasien untuk menghilangkan waham yang berlalu dengan cepat dalam keranmgka waktu yang singkat.
·       Pertimbangkan untuk menghindari waham yang menetap atau yang telah dialami dalam waktu lama sementara waktu guna mencegah terhambatnya hubungan perawat-klien.
·       Dengarkan secara seksama sampai tidak diperlukan lagi pembicaraan mengenai waham.
4.    Identifikasi komponen emosional sosial waham
·       Berespon terhadap perasaan pasien yang mendasar, bukan pada sifat waham yang tidak logis.
·       Dorong pembicaraan mengenai ketakutan, kecemasan, dan kemarahan klien pasien tanpa menilai waham yang diceritakan pasien benar atau salah.
5.    Amati adanya bukti pemikiran konkret
·       Tentukan apakah pasien benar-benar menagjak anda berbic€ara atau tidak.
·       Tentukan apakah pasien dan anda menggunakan bahasa yang sama.

6.    Amati pembicaraan yang menunjukkan gejala gangguan pemikiran
·       Tentukan apakah klien menunjukkan gangguan pemikiran( mis, bicara berputar-putar, menyimpang, mudah mengubah topik pembicaraan, tidak dapat merespon terhadap upaya anda untuk mengarahkan kembali pembicaraan).
·       Sadari bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara kenyataan dan waham.
7.    Amati kemampuan klien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara akurat
·       Tentukan apakah klien dapat membuat prediksi yang logis(indukltif atau deduktif ) berdasarkan pengalaman masa lalu.
·       Tentukan apakah klien dapat mengonseptualisasi waktu.
·       Tentukan apakah klien dapat mengakses dan menggunakan memori yang bermakna saat ini dan jangka panjang.
8.    Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan dari situasi tertentu
·       Identifikasi keyakinan yang salah mengenai situasi yang nyata.
·       Tingkatkan kemampuan pasien untuk menguji realitas.
·       Tentukan apakah pasien berhalusinasi, karena ini akan memperkuat waham
9.    Secara cermat, tanyakan pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti dari kenyataan tersebut.
·       Bicarakan mengenai waham untuk mencoba membantu pasien melihat bahwa waham itu tidak benar.
·       Harap diingat, jika langkah ini dilakukan sebelum langkah sebelumnya selesai, hal ini dapat memperkuat waham.
10. Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
·       Jika intensitas waham berkurang, diskusikan waham ketika pasien siap untuk mendiskusikannya.
·       Diskusikan konsekuensi waham.
·       Berikan kesempatan kepada klien untuk mengambil tanggungjawab dalam prilaku, aktivitas sehari-har, dan pengambilan keputusan.
·       Dorong tanggungjawab personal pasien dan partisipasinya dalam kesehatan dan penyembuhan.
11.  Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan fokus pasien pada waham
·       Tingkatkan aktivitas yang membutuhkan perhatian pada keterampilan fisik dan dapat membantu klien menggunakan waktu secara konstruktif.
·       Kenali dan dorong aspek yang positik dari kepribadian kliHALUSINASIen



 HALUSINASI 


Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra.
Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi tersebut pada klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah dalam usia muda (belum siap fisik dan psikis)dan orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11 tahun dan faktor psikologis dimana klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor  di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogen.
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada stimulus eksternal. Klien lama kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut dari kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan dengan orang lain yang membuat klien menarik diri dari lingkungan membuat klien mengalami penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah kurangnya perawatan diri klien.
Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan merawat klien dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat membuat klien kurang mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia miliki sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga dan mengakibatkan keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau regimen therapeutik tidak efektif.

Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1.      Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2.      Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
3.      Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.
5.      Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.

Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1.      Halusinasi Pendengaran
   Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2.      Halusinasi Penglihatan
    Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati.

3.      Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler.
4.      Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5.      Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.

Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1.      Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2.      Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3.      Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4.      Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

Dari kasus halusinasi akan muncul beberapa diagnosa keperawatan. Disini akan di contohkan 1 diagnosa beserta intervensinya sebagai berikut :
Perubahan persepsi sensorik: halusinasi berhubungan dengan menarik diri


Intervensi di RS seperti ini:
1.Bina hubungan saling percaya.
1.1. Buat kontrak dengan klien.
1.2. Lakukan perkenalan.
1.3. Panggil nama kesukaan.
1.4. Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah.




2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri.
2.2. Jelaskan pa da klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
2.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
3.1. Diskusikan tentang keuntung
an dari berh ubungan.
3.2. Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
3.3. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
3.4. Anjurkan kl
ien mengevaluasi s ecara mandiri manfaat dari berhubungan.
3.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisi waktunya.
3.6. Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
3.7. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
 3.8 Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
  3.9 Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan cara keluarga menghadapi.
4.1 Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
4.2 Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal sekali seminggu.




*PA
Sumber:
http://forum.ciremai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=15:halusinasi&catid=6:keperawatan-jiwa&Itemid=17

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. keerrreeeennn :D

    mudaahh-mudahhann bermanfaat ^_^

    BalasHapus
  3. aminnn ,,, mksih ya yang udash buka ,,,
    @dwii : kita lanjutkan ,, hehehe

    BalasHapus
  4. itu ane mau komen skizofrenianya tapi yg bisa dikomen malah disini...yowislah...^^

    @Uwiii: amasasih penderita skizofrenia itu rata-rata anak muda dr 15-25 thn...itu penyebab kenapa deh??
    misalkan ada anak remaja yg sehari harinya itu galau mulu kerjaannya,kira2 ada peluang mengidap skizofrenia ga sih??

    kan kocak kalo nanti bertepatan sidang TA,antara konsep sama yg di presentasikan ga nyambung...:((

    BalasHapus
  5. @fajar maulana : kalau keseharian seorang anak remaja ituh galau mungkin ajjah bisa terkena resiko terjadi skizofrenia , karna pnyakit ituh kan bisa terserang pada siapa saja ,

    kenapa identik dengan remaja ??
    seperti yang tadi anda katakan usia remaja adalah usia masih terombang ambing , mereka sering galau terhadap masalah yang mereka hadapi .

    mungkin ini hanya pendapat saya yaa ...

    BalasHapus
  6. hmm...jadi ciri2 pengidap skizofrenia itu
    sering bengong,sering menyendiri,sering memendam emosi,pesimistis,slalu menghayal terlalu tinggi,sering berfikir buntu dan suasana hati susah senang...?benarkah...?

    etapi kira-kira,orang yang mengidap penyakit model gini punya potensi ga sih buat ngerjain sesuatu dengan baik/benar..?

    klo gt skizofrenia sm autis bedanya apa? ^^

    BalasHapus